Bupati Sri Kampanye Biopori Lawan Ancaman Sampah di Berau

diterbitkan: Selasa, 29 Juli 2025 04:31 WITA
Bupati Berau saat mengampanyekan pengolahan sampai kepada masyarakat

TANJUNG REDEB – Bupati Berau, Sri Juniarsih mengajak warganya memulai perubahan dari halaman rumah. Hal itu disampaikannya lewat kampanye pembuatan lubang biopori.

Di sini, Bupati Sri ingin menggerakkan kesadaran kolektif tentang bahaya limbah plastik dan pentingnya langkah kecil dalam menjaga bumi.

“Satu tindakan, banyak manfaatnya,” kata Bupati Sri dalam pidatonya pada puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup 2025 di Tanjung Redeb.

Ada harapan besar yang ingin dicapai dari sebuah metode sederhana ini. Biopori, lubang silindris yang dibuat di tanah untuk menyerap air dan menampung sampah organik dinilainya sebagai jawaban atas bencana lingkungan dan pengelolaan sampah.

Baca juga  Jawab Masalah Penerimaan Murid Baru, Pemkab Berau Wacanakan Bangun Sekolah Baru

Pada 2024, Berau menghasilkan 54.568 ton sampah, yang mana 33 persen di antaranya belum tertangani. Angka itu cukup untuk menjadi alarm dini di Bumi Batiwakkal— nama lain dari Berau.

“Ini ancaman serius. Terlebih kita ini merupakan daerah tujuan wisata. Sampai itu bisa dikendalikan, jadi kita harus bisa lebih sadar sejak dini,” ujar Bupati Sri.

Baca juga  Gratiskan Iuran BPJS Kesehatan Warga Tidak Mampu, Pemkab Berau Alokasikan Rp31 Miliar

Biopori bukan sekadar solusi teknis, melainkan cara membangun kesadaran dari rumah. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam biopori lambat laun akan menjadi kompos, menyuburkan tanah dan menjadikan halaman rumah lahan pertanian kecil.

“Mulai digalakkan, ini metode sederhana yang memberikan dampak luas,” katanya.

Bupati Sri juga mengkritik cara pandang masyarakat terhadap tempat pemrosesan akhir (TPA) untuk dijadikan sebagai pusat pemilahan sampah.

“TPA itu bukan tempat untuk memilah sampah. Di sana sampah dipastikan sudah terpilah,” ujarnya.

Baca juga  Festival Bekudung Betiung di Berau Jadi Ajang Promosi Tradisi Dayak Gaai

Ia menekankan, perubahan pola pikir mesti dimulai dari rumah. Pemerintah kampung diminta menjadi pelopor, memastikan kantor kampung di wilayah rawan banjir dan timbunan plastik sudah menerapkan sistem biopori.

“Ini kerja bersama. Bukan perkara sulit. Seharusnya kita bisa sadar,” katanya.

Sebagai kepasa daerah perempuan pertama di Berau, Sri memimpin dengan memberi contoh. Ia berharap para pejabat kampung, komunitas lingkungan, hingga rumah tangga menjadi simpul dari gerakan ini. (*/adv)

Bagikan:
Berita Terkait