TANJUNG REDEB – Abrasi masih menjadi salah satu persoalan serius yang harus diselesaikan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim).
Saat ini, berbagai langkah telah dan tengah dilakukan oleh pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau.
Salah satu contohnya, saat ini dinding pemecah ombak dan penahan abrasi pantai di Kampung Teluk Sulaiman, Kecamatan Biduk-Biduk telah dibangun.
Dinding pemecah ombak sepanjang 165 meter itu dibangun dengan dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kaltim senilai Rp4 miliar.
Berdasarkan data yang ada, sebaran kawasan yang terancam abrasi di Berau mencapai 29,30 kilometer dengan kondisi kritis sepanjang 12 kilometer.
Saat ini, yang telah tertangani dari ancaman abrasi baru 2,2 kilometer. Kondisi ini membuat Berau menjadi daerah paling kritis dari ancaman abrasi di wilayah Kaltim.
Bupati Berau, Sri Juniarsih menegaskan, dari hasil koordinasi yang dilakukan dengan Gubernur Kaltim, Rudi Mas’ud, pola penanganan abrasi akan dicoba untuk lebih disempurnakan, termasuk membuat program penanaman mangrove dan bakau.
Orang nomor satu di Berau ini menyatakan, saat ini pembangunan dinding penahan ombak menjadi salah satu agenda prioritas yang mesti mendapatkan perhatian dari Pemprov Kaltim.
“Semoga kita dapat bankeu (bantuan keuangan) lebih besar ke depan untuk membangun ini,” harap Bupati Sri.
Sementara itu, Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud mengatakan, pihaknya akan serius menyelesaikan persoalan lokasi kritis dari abrasi di wilayah Kaltim, khususnya di Berau.
“Akan kami benahi dengan tindakan preventif,” kata pria yang akrab disapa Harum usai kunjungan ke destinasi wisata Labuan Cermin, Biduk-Biduk baru-baru ini.
Sebagai alternatif, Harum mendorong program penanaman pohon mangrove hingga bakau di sepanjang kawasan pantai Biduk-Biduk.
Menurutnya, program tersebut lebih hemat anggaran daripada membangun pemecah ombak yang sangat mahal untuk bisa menutupi seluruh titik kritis abrasi di pantai Bumi Batiwakkal.
Mangrove dianggap lebih efektif menahan laju ombak menuju pantai saat ombak besar datang. Selain itu, mangrove juga dapat menjadi tempat biota laut, seperti ikan, udang dan kepiting berkembang biak.
“Ekosistem tetap baik, lautnya hijau dengan bakau dan mangrove,” ungkapnya.
Harum menegaskan, pemerintah tidak akan mengubah masterplan penanganan pantai. Hanya saja, akan dicari model pemecah ombak yang lebih efektif untuk menahan abrasi.
“Kita cari model yang sama seperti pantai di Jakarta dan Balikpapan,” pungkasnya. (*/adv)