TANJUNG SELOR – Setelah melakukan berbagai upaya konkret, akhirnya angka stunting di Kalimantan Utara (Kaltara) berhasil diturunkan.
Penurunan yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini cukup signifikan, dimana angka stunting di Kaltara sebesar 33 persen pada tahun 2020 lalu, kini sudah turun menjadi 14 persen.
Dikonfirmasi terkait hal itu, Wakil Gubernur (Wagub) Kaltara, Ingkong Ala mengatakan, penanganan stunting ini perlu kolaborasi dengan berbagai pihak. Termasuk juga dengan pihak perusahaan.
“Selain dari pemerintah, tentu kita juga berharap ada dukungan dari mitra seperti perusahaan dengan memberikan beberapa kebutuhan seperti telur, susu dan lain-lain,” kata Wagub Ingkong.
Menurutnya jika terjalin kolaborasi yang apik, penanganan stunting tidak sulit, karena cukup dilakukan penanganan secara intens selama kurang lebih enam bulan.
“Tapi dengan catatan, tentu kita harus pemenuhan gizinya,” kata Politikus Partai Hanura ini.
Selain itu, Wagub Ingkong juga memberikan atensi terhadap pencegahan terjadinya pernikahan di usia dini. Karena pernikahan dini menjadi salah satu faktor penyebab lahirnya anak stunting.
“Ini karena mental mereka belum siap, sehingga cenderung bayi yang dilahirkan tidak terawat. Termasuk mereka yang nikah di usia dini cenderung tidak menjaga kesehatan janin mereka.
Meski demikian, Wagub Ingkong tetap berharap agar data stunting di Kaltara dapat betul-betul akurat.
“Ini beberapa langkah penanganan, tapi kalau bicara soal berkelanjutan, itu ada pada penguatan sosialisasi,” pungkasnya. (**)