TANJUNG REDEB – Festival Abutta Banua kembali digelar dalam rangka peringatan hari jadi ke-23 Kelurahan Sambaliung dan ke-5 PKL Basuli pada tahun 2025.
Melalui wadah ini, berbagai lomba tradisional hingga adat suku Berau diperkenalkan.
Pembukaan festival ini dirangkai dengan memperkenalkan budaya adat Berau, yaitu ‘mandi pengantin’ yang merupakan prosesi siraman sebelum pernikahan.
Selain itu, lomba layangan, tari kreasi, baladun, babada, hingga perahu panjang dan lomba lainnya turut memeriahkan festival budaya ini.
Hadir Plt. Asisten II Sekretariat Kabupaten (Setkab) Berau, Warji mewakili Bupati Berau, Sri Juniarsih pada kegiatan tersebut. Warji pun menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya festival ini.
“Harapannya ajang yang menampilkan budaya seperti ini dapat meningkatkan semangat dalam melestarikan budaya dan kearifan lokal,” kata Warji.
Disamping itu, lanjut Warji, festival yang digelar ini juga sekaligus untuk menarik perhatian dan minat wisatawan untuk menyaksikan tradisi adat lokal kampung di Berau supaya semakin dikenal secara luas.
“Tentu ini dengan target akhir dapat mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat setempat pada khususnya, dan masyarakat Berau pada umumnya,” kata Warji.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau juga mendorong peran aktif perangkat daerah terkait, kelompok sadar wisata, pelaku wisata hingga masyarakat untuk berkolaborasi dalam merawat kekayaan budaya di Berau dan mempromosikannya secara luas.
“Ini penting, apalagi dengan kondisi Berau yang merupakan salah satu mitra IKN yang sektor wisata alam dan sejarahnya yang diunggulkan,” jelasnya.
Lurah Sambaliung, Iskandar Zulkarnain mengatakan, Festival Abutta Banua tahun ini berfokus pada pelestarian seni adat dan tradisional hingga permainan tradisional.
“Festival ini bukan hanya sekedar perayaan, akan tetap menjadi momentum penting untuk menggali kembali akar budaya yang hampir terlupakan,” ungkapnya.
Melalui Festival Abutta Banua ini, pihaknya berharap para generasi muda dapat mengenal dan melestarikan budaya adat istiadat di kampungnya.
“Budaya bukan hanya warisan masa lalu, tapi identitas kebanggaan bagi generasi mendatang,” pungkasnya. (*/adv)