SAMARINDA – Turnamen Porwada Kaltim berakhir. Para jawara dapat jatah medali yang disiapkan panitia kala penutupan, pada Minggu (17/12/2023). Berau sebagai pemilik peringkat runner-up alias posisi kedua, moncer dengan Raihan 2 emas. Salah satunya disumbang di cabang olahraga Jurnalistik.
Pewarta dari Portal Berau Online, Marta, merupakan jawara yang berhasil menyingkirkan 9 kabupaten/kota peserta Porwada tahun ini. Dengan karya tulis yang diberi judul ‘Peran Jurnalisme Sebagai Roda Penggerak Pariwisata’.
Peserta dari Bontang dan Samarinda pun dibuat mengelus dada lantaran berada di posisi runner-up dan terbaik ketiga.
Kepada Berau Terkini, Marta mengatakan medali emas yang dia raih didedikasikan untuk Kabupaten Berau dan PWI Berau yang telah memfasilitasi dirinya sebagai peserta.
“Ini untuk Berau dan PWI Berau. Terimakasih untuk keluarga yang selalu mendukung,” katanya, Senin (18/12/2023).
Dirinya pun berharap agar Porwada pada tahun depan dapat digelar kembali. Agar dirinya bersama Berau dapat merebut gelar juara umum yang saat ini dipegang oleh tuan rumah, Samarinda.
“Kami siap untuk jemput Porwada selanjutnya, jangan berekspektasi tinggi kalau kami turun gunung,” ucapnya.
Berikut merupakan karya yang membuat Marta keluar sebagai jawara dalam gelaran Porwada Kaltim;
Peran Jurnalisme Sebagai Roda Penggerak Pariwisata
“Sektor pariwisata samasekali tak bisa dipisahkan dengan dunia jurnalisme. Bak sebuah persahabatan yang saling menyayangi, kehadiran jurnalisme di tengah-tengah pariwisata, seakan menjadi ‘tenaga dalam’ untuk menggerakkan roda-roda kehidupan sektor pariwisata. Karena kekuatan yang dimiliki jurnalisme, sangat berperan penting dalam pengembangan berbagai macam sektor, termasuk pariwisata”
Pancaran sinar matahari yang menembus lapisan awan-awan putih di langit Samarinda, pada Sabtu siang (16/12), nyatanya bukan penghalang bagi 19 orang peserta lomba karya jurnalistik di ajang Pekan Olahraga Wartawan Daerah (Porwada) Kaltim 2023, untuk meneruskan langkah kaki mereka menuju pintu masuk Dermaga Mahakam Ilir, di Jalan Gajah Mada, Kecamatan Samarinda Kota.
Dengan tujuan yang sama, mereka melewati pos penjaga dermaga wisata ‘Susur Sungai Mahakam’, menuju bangku kayu berwarna-warni yang tersusun rapi di bagian dalam dermaga keberangkatan wisatawan. Tampak beberapa peserta lomba meletakkan barang bawaannya di atas meja, tak lama pula mengeluarkan telepon genggam, lalu mengarahkan kameranya ke beberapa objek yang dianggap menarik untuk diabadikan dalam lembaran elektronik.
Beberapa peserta lainnya dari lomba fotografi, sibuk membidik dengan kamera DSLR yang mengalung di leher mereka.
Sekira pukul 10.00 wita atau 30 menit usai keberangkatan kapal wisata ‘Pesut Kita’ yang membawa rombongan wisatawan kloter pertama pada akhir pekan itu, kapal wisata ‘Enggang Borneo’ akhirnya merapat ke dermaga. Seolah menyapa para peserta yang menantikan kehadirannya, penampilan Enggang Borneo menuai pujian dari salah seorang peserta. “Wah, bagus banget kapalnya. Jujur baru kali ini melihat langsung kapal wisata sungai yang sebesar ini,” celetuk Amnil Izza, peserta lomba karya jurnalistik asal Bumi Batiwakkal.
Enggang Borneo yang memiliki panjang 27 meter itu, merapat sempurna di pelukan dermaga. Dengan diiringi canda tawa dari beberapa peserta, kegiatan utama yang dinantikan akhirnya dimulai juga. Satu per satu peserta menaiki kapal wisata bercorak ukiran dayak itu melalui sisi kapal yang bertuliskan pintu masuk.
Setelah semua dipastikan berada di dalam kapal bermesin 6 silinder tersebut, perlahan-lahan dua orang Anak Buah Kapal (ABK) yang mendapat tugas dari sang kapten, mulai mendorong bagian samping kapal menjauhi dermaga. Sedang beberapa peserta yang penasaran, mulai naik ke bagian atas kapal melalui tangga yang berada di bagian belakang ruang kendali kapten. Petualangan menjelajahi sungai terpanjang kedua di Indonesia itupun, dimulai.
Petualangan bukan sembarang petualangan, karena tujuan utama para peserta menaiki kapal wisata berkapasitas 70-80 penumpang ini, adalah untuk melakukan tugas peliputan dalam perlombaan karya tulis jurnalistik dan fotografi, yang diinisiasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Timur (Kaltim), yang pesertanya merupakan jurnalis dari beberapa kabupaten dan kota di Kaltim.
Mereka diminta untuk melakukan peliputan di atas kapal wisata berlambangkan Burung Enggang tersebut, hanya dalam waktu 2 jam saja. Seluruh peserta pun dibebaskan memilih narasumber serta tema yang berkaitan dengan wisata, namun tetap layak menjadi sebuah karya yang menyiratkan informasi serta memiliki validitas bagi pembacanya.
Riska, yang juga menjadi peserta kegiatan tersebut, menunjukkan raut wajah penuh semangat. Senyumnya terus terkembang, tatkala kapal mulai berlayar membelah Sungai Mahakam, menciptakan gelombang pada tepian-tepian yang dilaluinya.
Saat kapal akan melintas di bawah Jembatan Mahakam, para peserta dua kali lebih antusias. Suara kamera DSLR milik peserta lomba fotografi, tak henti terdengar dalam kurun waktu 2-3 menit, sejak kapal mendekati jembatan. Mereka berlomba mengumpulkan gambar terbaik dari mata lensa kamera.
Ikon Kota Samarinda, seperti Masjid Islamic Centre, Gereja Katedral serta Big Mall Samarinda, menjadi pemandangan yang mencuri perhatian penumpang kapal, meski hanya nampak dari kejauhan. Begitu juga dengan pemukiman kumuh yang terlihat padat di sepanjang pinggiran Sungai Mahakam.
“Saya memutuskan untuk ikut perlombaan karya jurnalistik ini agar bisa mengetahui sudah sejauh mana kemampuan saya dalam menulis. Tapi ada satu hal yang juga tak kalah penting. Saya ingin apa yang saya dapat di atas kapal ini, bisa menjadi satu hal yang punya nilai dalam mendukung promosi wisata di kota yang pernah saya huni ini, mungkin dengan saya memposting di media sosial ataupun media mainstream tempat saya bekerja, akan lebih banyak lagi yang mengenal wisata susur Sungai Mahakam,” ucap peserta asal Kabupaten Berau tersebut, sambil memperbaiki topi berwarna hitam yang ia gunakan untuk menutupi teriknya matahari di atas kapal, siang itu.
Sebagai ‘support power’ dalam sektor pariwisata, kata Riska peran jurnalisme tak bisa dianggap sepele. Kehadiran jurnalisme terbukti sangat diandalkan dalam penyebaran informasi, termasuk mengenai informasi destinasi wisata yang akan dituju wisatawan saat berpikir untuk pergi plesiran.
“Kita sebagai alat bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi yang tidak terjangkau bagi mereka. Jadi lewat tulisan, saya berharap bisa memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi apapun itu, termasuk tentang pariwisata,” terusnya.
Meski memiliki banyak kontribusi dalam promosi pariwisata, namun media juga tidak boleh melupakan integritasnya sebagai seorang jurnalis. Sehingga “bijak” adalah hal yang paling tidak boleh dilupakan dalam pemberitaan pariwisata.
“Pada ajang perlombaan ini juga saya berharap bisa dapat banyak pelajaran dan pengetahuan yang mungkin sebelumnya saya tidak tahu. Saya akan terus memanfaatkan kekuatan jurnalisme saya untuk pengembangan wisata di daerah saya, dan lebih luasnya lagi di Kalimantan Timur. Tentunya dengan tetap berlandaskan asas jurnalisme yang berlaku,” ujarnya, sambil berlalu, menuruni anak tangga kapal.
Diketuai Felanans Mustari, kegiatan lomba jurnalistik yang mengangkat tema pariwisata ini, nyatanya bukan hanya sekadar mengukur kemampuan penulisan serta teknik pengambilan gambar para jurnalis di Kaltim, khususnya yang menjadi peserta, namun juga menjadi ajang promosi pariwisata di Kota Samarinda, melalui karya tulis jurnalistik dan foto-foto yang bernilai estetik, khususnya pada wisata susur Sungai Mahakam, yang menjadi destinasi peliputan.
Pemilihan destinasi wisata Susur Sungai Mahakam, sebagai lokasi peliputan, disampaikan Felanans, atas dasar beberapa pertimbangan. Pertimbangan itu salah satunya agar dapat menjadi tantangan bagi peserta untuk berkarya dalam lokasi peliputan yang terbatas. Begitu juga bagi peserta lomba fotografi. Mereka dituntut kreatif menciptakan gambar dalam situasi dan kondisi yang serba terbatas.
“Kenapa kita pilih lokasi peliputan untuk lomba karya jurnalistik di sini? Agar teman-teman jurnalis bisa lebih kreatif dalam memilih sudut pemberitaan di tempat yang terbatas. Walaupun terbatas, tapi tetap bisa menyampaikan informasi yang dibutuhkan pembaca,” kata Fel, sapaan akrabnya.
Ketua Koordinator Lomba Karya Jurnalistik dan Fotografi Porwada Kaltim 2023, itu juga menitip harapan agar seluruh jurnalis yang menjadi peserta, bisa terus meningkatkan kemampuan menulis mereka, terlebih tentang pariwisata yang tidak pernah ada habisnya di Kota Samarinda, begitu juga dengan potensi pariwisata di daerah asal masing-masing peserta, yang harus terus dipromosikan dengan bijak oleh awak media.
“Semoga dengan tulisan teman-teman di media yang mengangkat tentang pariwisata, bisa terus mengembangkan sektor pariwisata daerah masing-masing,” harapnya. (Rilis/*)