TANJUNG REDEB – Banjir yang melanda sejumlah kampung di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim) membawa dampak serius pada sektor perkebunan kakao, yang merupakan salah satu komoditas unggulan Bumi Batiwakkal ini.
Kepala Dinas Perkebunan Berau, Lita Handini mengatakan, banjir yang terjadi di kampung-kampung penghasil kakao, seperti Merasa, Long Lanuk, Lesan Dayak, Labanan Makarti, Birang, Tumbit Melayu, Tumbit Dayak dan Rantau Panjang, telah menyebabkan kerusakan pada tanaman.
“Sebagian tanaman kakao yang berumur di bawah 2 tahun dilaporkan mati dan hanyut terbawa banjir,” ujarnya, Jumat (9/5/2025).
Sedangkan untuk pohon kakao yang sudah berbuah, rata-rata gagal panen karena buahnya menjadi busuk akibat terendam air terlalu lama.
Dengan total lahan terdampak mencapai 500 hektare, Lita memperkirakan produksi kakao tahun ini akan turun drastis.
Sebagai tidak lanjut dari hal ini, Dinas Perkebunan Berau telah melakukan pendataan bersama kepala kampung dan kelompok tani untuk mengidentifikasi kerugian yang dialami petani.
Para petani berharap adanya bantuan berupa pupuk untuk mempercepat pemulihan tanaman yang masih bisa diselamatkan.
“Kami akan mengajukan bantuan pupuk melalui anggaran perubahan tahun ini atau anggaran murni 2026. Namun, kelompok tani perlu membuat proposal sebagai syarat hibah,” kata Lita.
Lita juga menyarankan petani untuk mulai mempertimbangkan pengembangan lahan baru yang lebih tinggi dan bebas banjir.
“Dinas Perkebunan siap memfasilitasi lokasi pengembangan kakao yang aman agar petani tidak mengalami kerugian serupa di masa depan,” tuturnya.
Selain itu, Lita mengungkapkan, beberapa perusahaan perkebunan yang beroperasi di Berau juga telah memberikan bantuan untuk pemulihan pasca banjir, baik melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) maupun dinas terkait.
“Kami berharap semua pihak, termasuk perusahaan perkebunan, dapat berkontribusi dalam pemulihan ini agar produksi kakao Berau dapat kembali normal dan petani bisa memanfaatkan peluang harga pasar yang sedang baik,” pungkasnya. (**)