NUNUKAN – Banjir besar yang melanda wilayah Krayan Selatan sejak Minggu (12/1/2025) menyebabkan dampak serius pada kehidupan masyarakat setempat.
Salah satu konsekuensi terparah adalah putusnya jembatan penghubung antar kecamatan akibat luapan Sungai Krayan Selatan, yang kini mengisolasi tujuh desa di hilir wilayah tersebut.
Camat Krayan Selatan, Oktavianus Ramli, mengungkapkan bahwa meskipun ketinggian air sungai mulai surut, curah hujan yang masih tinggi dapat memicu kekhawatiran akan naiknya debit air kembali.
“Air sungai memang surut hari ini, tetapi hujan belum berhenti. Jembatan darurat yang kami bangun bersama masyarakat, tokoh adat, dan TNI-Polri terancam hanyut jika air kembali naik,” ujar Oktavianus, dikutip dari Radar Tarakan, Senin (20/1/2025).
Untuk mengatasi situasi darurat ini, masyarakat secara swadaya membangun jembatan sementara. Namun, jembatan darurat tersebut hanya memungkinkan akses bagi pejalan kaki dan tidak dapat dilalui kendaraan. Akibatnya, distribusi barang penting seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) terhambat.
“Akibat putusnya jembatan, tujuh desa kini kesulitan mendapatkan BBM. Bahkan, stok BBM untuk PLN hanya cukup untuk beberapa hari ke depan. Jika distribusi harus dilakukan tanpa kendaraan, waktu tempuh bisa mencapai tiga jam,” jelas Oktavianus.
Selain BBM, distribusi kebutuhan pokok seperti sembako juga terganggu akibat akses yang terbatas. Pihak kecamatan telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan kebutuhan masyarakat yang terdampak tetap terpenuhi.
Oktavianus menegaskan pentingnya perbaikan jembatan permanen untuk memulihkan distribusi barang-barang penting.
“Kami berharap segera ada perbaikan jembatan permanen karena akses ini sangat vital bagi distribusi BBM dan sembako. Jika dibiarkan, situasi ini akan semakin mempersulit kehidupan masyarakat di tujuh desa terdampak,” tegasnya.
Dengan kondisi cuaca yang masih tidak menentu, masyarakat Krayan Selatan hanya bisa berharap agar solusi segera diambil untuk mengatasi dampak bencana banjir ini dan mengembalikan kelancaran distribusi barang vital ke desa-desa yang terdampak. (*)